Menurut saya, pelaku pasar modal seringkali merasa gagah menyebut dirinya investor. Biasanya menyebut dirinya semodel seperti Warren Buffet, Sandiaga Uno, Lo Kheng Hong, atau yang lagi misterius adalah Haiyanto yang memborong banyak saham tapi profilnya di internet goib.
Perlu diingat, persamaan mereka adalah uang yang dimiliki sangat besar. Entah itu murni milik pribadi, atau hasil menghimpun melalui perusahaan. Sehingga mereka menikmati betul capital gain.
Nah kita, termasuk saya, angka nol di porto baru tujuh sudah menyebut investor, rasanya terlalu jauh.
Dengan dana yang kecil tersebut, meskipun dapat gain berlipat, tapi butuh waktu yang sangat lama. Minimal sebagai investor butuh waktu lima tahun untuk investasi di satu saham.
Belum lagi faktor bahwa uang di porto terkadang harus diambil untuk bayar anak sekolah. Atau kebutuhan mendesak lainnya. Maka jauh panggang dari api. Cita-cita dari investor hanya jadi mimpi. Uang di porto kita tidak akan berkembang.
Table of Contents
Cara Menjadi Investor Kakap
Nah, kalau ngaku investor ada tiga jalan ninja yang bisa kita lalui. Pertama terus top up dana dari hasil jerih payah kita. Misalkan kita gajian, sisihkan selalu sepuluh persen. Sehingga akumulasi keuntungan dan top up menjadikan dana di porto akan sangat besar.
Namun demikian, uang tersebut jangan diambil terlebih dahulu. Sampai nilainya mencapai ratusan juta. Jika sudah mencapai angka tersebut, Anda akan lincah memainkan dana di porto kita.
Contoh investasi di BJBR dengan dana 200 juta. Yield dividen satu tahun 7%, artinya setiap tahun mendapatkan 14 juta. Belum lagi kalau mendapatkan capital gain karena kenaikan harganya.
Jalan pertama ini bisa dilakukan oleh semuanya seperti Lo Kheng Hong yang rela hidup sederhana ketika tahap awal investasi. Kami sudah pernah menulis kisahnya di sini.
Namun jika dana kita kecil memang terkesan masih lambat. Belum tentu dalam lima tahun berhasil mengempit ratusan juta. Belum lagi kalau uang tersebut sesekali diambil untuk kebutuhan mendadak.
Mendirikan Perusahaan
Yang kedua adalah jalan para pengusaha, di mana mendirikan perusahaan dengan model hedge fund. Yaitu perusahaan yang mengumpulkan dana untuk diinvestasikan di pasar modal atau instrumen keuangan lain.
Warren Buffet adalah sosok yang menginspirasi banyak orang di seluruh dunia. Bisa jadi Sandiaga Uno juga terinspirasi dengan penyihir dari Omaha tersebut. Jalan inilah tergolong cepat.
Namun demikian sebagai individu hal ini tergolong ribet. Bisa jadi kitatidak bakat beribet untuk membangun perusahaan. Bahkan Lo Kheng Hong tidak menempuh jalan yang satu ini. Masih berkutat sebagai individu.
Jalan Ninja Kita Semua
Ada satu jalan lain yang kita semua bisa melakukannya. Kita tempuh risiko yang lebih besar di pasar modal, yaitu dengan menyingkirkan prinsip jangan letakkan di satu keranjang. Kita akan melawan prinsip tersebut.
Yaitu fokus hanya membeli satu saham saja. Jadi semua uang yang kita miliki hanya diletakkan di satu saham saja, tidak berpikir untuk membeli saham lainnya. Maka sekiranya uang kita sebesar Rp50.000.000, maka beli satu saham dengan nilai sebesar itu.
Model ini bisa dilakukan oleh siapa saja yang penting berani. Ya, karena ini memiliki risiko yang memang sangat tinggi.
Namun demikian Anda juga harus sangat jeli dalam analisa sebuah saham. Mulai dari fundamental, hingga teknikal harus dikuasai betul. Bahkan risiko sudah dihitung. Seperti seandainya keadaan global terkena badai perang.
Terus mengakumulasi satu saham yang diyakini memiliki fundamental bagus akan menghasilkan return yang sangat besar. Hal ini dilakukan oleh para individu-individu di pasar modal.
Memang ada risiko, tapi ingat hukum investasi, semakin besar risiko semakin besar keuntungan. Jika kita tidak menempuh, maka penghasilan juga akan kecil.
Kuncinya jalan yang ketiga ini adalah, Anda memilih saham yang benar-benar bagus, dan kondisinya memang murah. Biasanya PBV rendah, PER rendah, tapi ROE tinggi. Kriteria saham bagus bisa dibaca di sini.
Kini semua ada di tangan Anda. Apakah Anda berani mengambil risiko besar atau tidak?