Asing Vs Lokal di Saham | Siapa Yang Menang

Dana asing Vs lokal di saham, sama artinya seperti menjelaskan peperangan yang dahsyat antara dua kubu setiap hari yang dibuka dari pukul 09:00, kemudian rehat di waktu siang, pertempuran kembali dimulai pada pukul 13:30, hingga selesai.

Pertanyaan besar dari pertarungan asing dan lokal di pasar saham adalah siapa pemenangnya? Kami akan jelaskan perlahan. Pengetahuan ini akan memahamkan Anda sedikit demi sedikit bagaimana sesungguhnya dana asing dan lokal di pasar modal.

Dana Asing dan Lokal di Pasar Modal

Bila menyebut dana asing di pasar modal, sama artinya dengan menyebut dengan istilah foreign flow. Dana asing dalam setiap harinya melakukan transaksi memang tidak sebesar lokal. Asing biasanya melakukan transaksi hingga 25%, sedangkan lokal mencapai 75%.

Meskipun demikian, kalau merujuk ke jumlah dana yang masuk di pasar modal, sesungguhnya asing dan lokal memiliki dana yang sepadan. Data per 2 Oktober 2020 yang kami kutip dari kontan.co.id menyebut, jika asing memiliki porsi 48.33%, sedangkan lokal 51.67%

Itu artinya meskipun asing memiliki komposisi yang cukup besar, tapi asing tidak selalu menggerakkan uangnya. Tidak selalu trading.

Anehnya adalah, meskipun dana yang berada di IHSG cukup besar, tapi jika asing net buy bukan berarti IHSG naik, jika asing net sell juga bukan pertanda IHSG turun.

Contoh pada tanggal 19 Agustus 2021, IHSG ambles sampai 2.06%, tapi asing justru net buy mencapai 339 milyar. Begitu pula di hari setelahnya, 20 Agustus 2021. IHSG naik sampai 0.64%, tapi asing juga net buy sampai 156.46 milyar. Unik kan.

Karakteristik Dana Asing dan Lokal

Nah yang harus dipahami lebih jauh adalah karakteristik dana asing dan lokal di pasar modal. Asing yang masuk rata-rata adalah institusi, bukan perorangan. Sehingga kemampuan memainkan dananya cukup teruji. Plus itu artinya dana yang digerakkan dalam transaksi akan besar.

Berbeda dengan dana lokal yang memang kebanyakan dihuni investor ritel. Jumlahnya mungkin banyak, tapi idenya tidak sepakat. Sehingga sama artinya memiliki kekuatan yang kecil-kecil. Contoh jika dana lokal tiga ratus juta, mungkin yang seratus juta idenya membeli, seratus lagi menjual, seratus lagi menahan.

Maka berbeda dengan asing yang semisal dananya tiga ratus juta, tapi idenya satu, menjual, atau sama-sama membeli dari dana tiga ratus juta tersebut. Sehingga mengakibatkan harga saham bisa langsung naik, atau sebaliknya langsung ambrol.

Di sinilah kekuatan dana asing di IHSG. Meskipun secara jumlah total mungkin beda tipis dengan lokal. Tapi kalau masuk ke satu saham, itu akan sangat berpengaruh dalam setiap pergerakannya. Di sinilah seringkali orang membuat analisa foreign flow.

Maka ilmu dasar bandarmologi saham adalah mengikuti arus foreign flow di satu saham. Itu memang benar. Selengkapnya tentang bandarmologi di sini.

Buat apa mengikuti lokal yang dananya tidak sepakat. Lebih baik ikuti asing yang dananya besar. Indikator membeli ketika asing memborong, indikator menjual ketika asing mulai jualan.

Ikuti Foreign Flow agar Cuan

Maka ada madzhab yang selalu menggemborkan, kalau mau untung di pasar modal ikuti saja foreign flow. Apakah benar demikian? Menurut kami tidak semudah itu. Kalau semua bisa demikian, semua orang di pasar modal bisa auto kaya karena tinggal langganan aplikasi bandarmologi.

Asing selalu bermain sangat cantik dibandingkan lokal yang cenderung buru-buru. Apalagi ritel lokal yang kerjanya pamer portofolio saja. Asing senyap, tapi kejam seperti ular. Tujuannya pasti satu agar mendapatkan untung sebanyak-banyaknya.

Tentu jalan satu-satunya adalah mendapatkan saham dengan harga yang semurah-murahnya. Caranya bukan hanya dengan menunggu harga sahamnya jatuh. Kalau perlu dijatuhkan. Terlalu lama kalau nunggu jatuh.

Ketika ada saham turun, yang dilakukan asing adalah mulai menadah. Tapi apakah pertanda akan naik. Belum tentu. Setelah menadah lama dan memiliki banyak barang, yang dilakukan justru menjualnya balik. Sehingga harganya jatuh lebih dalam.

Hal ini pernah terjadi di UNVR dan beberapa saham big caps lainnya. Ketika kode broker asing masuk, mulai banyak yang ikut membeli. Ini tipe arus bandarmologi. Belinya banyak. Tapi ternyata justru setelahnya selang sehari dua hari, dijual. Di enggan menahan, dijatuhkan saja sekalian.

Di sinilah mengapa bagi Anda yang fanatik dengan teknikal, tidak berguna. Metode garis menggaris, lihat head and shoulder lah, atau cup handle lah, asing dengan dana besarnya sangat suka membalikkan pemikiran ritel. Sehingga putus asa.

Kalau sudah harga sangat bawah, asing masukkan kembali harganya. Gelontorkan besar. Tarik kecang, sehingga ritel tidak sempat beli di harga bawah. Kemudian harganya di tahan sedikit atas sebelum ditarik kembali. Inilah mengapa asing sangat berpengaruh sekali.

asing vs lokal di saham

Saham Bukalapak

Sedikit kita mengambil contoh pelajaran dari saham Bukalapak. Waktu itu pembukaan sudah Ara, pasti ritel sudah ikut tertarik. Dalam hatinya, besok saya harus ikut masuk, pasti ara lagi. Memang benar. Ara. Ritel sudah terkumpul banyak.

Tapi hari ketiga, ritel digebuk habis. Saham dibuat ARB. Perlu diketahui, terkadang kita sebagai ritel dibuat optimis di hari pertama ARB. Ah paling besok matul lagi. Pegang erat, hold keras. Tapi hari ketiga dibuat khawatir.

Baru dibuka sudah ARB lagi. Ritel berusaha untuk menjual, terus dijual. Di saat ritel sudah mulai ketakutan. Asing beraksi lagi. Ambil dari bawah. Akumulasi terus. Anehnya ritel tidak pernah kapok. Kembali optimis. Lupa kalau terkadang asing masuk justru untuk menjatuhkan.

Kunci Ritel di Saham

Bagaimana posisi kita sebagai ritel di saham? Saran kami, Anda harus terbiasa dengan naik turunnya saham. Minimal hati Anda masih tenang ketika saham turun hingga 15% atau 20%. Sudah menganggap bahwa itu adalah fluktuasi saham. Karena nantinya mantul. Artinya tetap memegang saham tersebut.

Kecuali Anda beli di puncak Himalaya. Istilahnya beli di pucuk. Kami yang sering beli di titik support, juga masih sering mengalami minus 20% sebelum mendapatkan capital gain 20%. Apalagi Anda yang beli di puncak. Kalau beli di puncak cut loss saja.

Kunci sebagai ritel selanjutnya adalah jangan pernah rakus. Anda harus membeli dengan metode nyicil. Misal anggaran Anda 10 juta, maka pembelian pertama tiga juta, terus kelola hingga Anda membelinya habis sepuluh juta. Sehingga average down pembelian Anda mendapatkan harga yang cukup murah juga. Selengkapnya tentang average down di sini.

Semoga refleksi ini bermanfaat bagi kita semua sebagai ritel yang tidak pernah berhenti belajar tentang rahasia pasar modal.

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Jangan Copas Ya