Bagi kita ritel, mendeteksi big money dalam akumulasi saham sangatlah sulit. Terutama yang baru masuk di bursa. Namun demikian, sebenarnya ada beberapa tanda yang bisa diidentifikasi.
Oleh sebab itu kami akan jelaskan bagaimana cara bandar saham mengusir ritel. Kami akan studi kasus dari transaksi di saham HRTA, yaitu perusahaan penjualan gerai emas batangan dan perhiasan.
Table of Contents
Tugas Bandar Saham di Pasar
Ada tiga tugas utama Bandar Saham di pasar modal. Tugas pertama adalah menaikkan harga saham. Dengan demikian dia akan mendapatkan keuntungan dari naiknya harga saham. Oleh sebab itu ketika harga saham sudah dinaikan, dia akan menjual.
Tugas kedua adalah menurunkan harga saham. Dengan demikian dia akan mendapatkan harga saham yang semurah-murahnya. Kemudian dia membeli perlahan-lahan.
Yang ketiga adalah membeli saham sebanyak-banyaknya dengan beragam teknik. Semakin banyak dia memiliki jumlah lot saham akan semakin bagus. Tugas ketiga inilah yang akan kita bahas. Tekniknya adalah mengusir ritel.
Teknik mengusir ritel artinya, membuat ritel menjual saham, sehingga dakumulasi terus menerus oleh big money. Sehingga hasilnya, ritel yang memegang sangat sedikit, sedangkan big money akan memegang sangat banyak. Imbasnya, saham bisa dinaikkan dengan mudah.
Cara Bandar Saham Mengusir Ritel
Cara bandar saham mengusir ritel yang pertama adalah menciptakan psikologis bahwa harga saham tidak akan naik. Caranya adalah di kolom ASK sudah dipasang jumlah lot dengan sangat banyak. Kita lihat kolom ASK lot di saham HRTA.
ASK | LOT |
204 | 7.981 |
206 | 25.078 |
208 | 7.034 |
210 | 15.709 |
212 | 3.893 |
214 | 414 |
216 | 69 |
218 | 3.976 |
220 | 2.942 |
Mari kita analisa kolom di atas. Meletakkan jumlah lot di kolom ASK, artinya orang tersebut memiliki saham tersebut. Nah kita lihat jumlah saham di kolom lot. Tidak rata. Pertanyaannya adalah, yang mana ritel yang mana bandar?
Nah untuk menganalisa ini, tidak bis akita hanya mengetahui satu hari transaksi. Harus diperhatikan lama. Untuk satu kolom, rata-rata di saham HRTA kisarannya adalah antara 1.000-3.000 lot. Ini yang umum.
Bagaimana dengan jumlah yang di atas itu. Menurut kami itu sudah tindakan bandar saham. Terutama di kolom 204, 206, 208, dan 210. Jumlahnya sangat banyak sekali. Bahkan seringkali di tiga kolom teratas jumlahnya di atas 20 ribu lot. Siapa yang punya lot sebanyak itu? Big money.
Bagaimana kalau ada yang membeli di harga tersebut? Bandar terus mengeluarkan barangnya. Dia akan membeli di harga bawah (bisa 202, 200), kemudian jual di harga itu. Terus menciptakan keadaan demikian agar harga tidak naik, sehingga ritel bosan.
Yang berikutnya, pada hakikatnya yang murni ritel kemungkinan ada di 212, 214 dan 216. Di sini tampak kalau lot di ritel hanya sedikit. Kalau sudah demikian artinya terjadi akumulasi besar. Inilah tahapan cara bandar saham mengusir ritel.
Analisa Kolom BID
Cara bandar saham mengusir ritel berikutnya mari kita lihat kolom BID di saham HRTA. Transaksi ini terjadi pada tanggal 7 Desember 2022.
BID | LOT |
202 | 63.242 |
200 | 69.818 |
199 | 29.038 |
198 | 3.624 |
Saya mencantumkan tidak sampai ke harga bawah. Semakin ke bawah, transaksinya sudah standard, yaitu di angka 3.000-an lot. Mari perhatikan di kolom BID 199-202, berapa jumlah lot yang termpampang, sangat besar.
Dengan cara demikian, ketika secara psikologis harga saham tidak akan naik, maka ritel akan menjual. Dan di saat yang sama, big money sudah siap untuk menadah di harga 202, atau 200. Terus akumulasi sampai ritel bosan.
Pertanyaan berikutnya adalah, bagaimana jika ternyata ritel ikut akumulasi, bagaimana cara mengusirnya? Kami jelaskan di sub berikutnya.
Cara Bandar Saham Mengusir Ritel dengan Waktu
Jika ritel ternyata ikut akumulasi, karena memang daya tarik fundamental HRTA tinggi. PER 3.8, PBV 0.5, ROE 14.8%. Daya tariknya tinggi, dividen juga lumayan, di atas 4%. Hanya cash flow minus. Maka memperpanjang durasi sideway akan menjadi cara bandar saham mengusir ritel berikutnya.
Harga saham HRTA berada di kisaran 200-204 selama jangka waktu lima bulan. Pernah mencapai 218 ketika mau pembagian dividen. Selebihnya tetap di angka 200-204.
Selama lima bulan, harga tetap di angka tersebut, ritel pasti bosan. Siapa yang kuat. Apalagi melihat harga saham lain beterbangan.
Maka dengan demikian membuat ritel ingin cabut dan berpindah ke saham lain. Di sinilah big money terus akumulasi. Harganya tidak naik dan tidak turun. Ritel pun menyingkir.
Tanda Bandar Sedang Akumulasi Saham
Tanda-tanda bandar saham akumulasi saham dan sedang mengusir ritel yang lainnya adalah jumlah valuasi transaksi harian. Jumlahnya sedikit. Hanya berkisar 200 juta saja setiap harinya. Artinya barang sudah tidak banyak yang megang.
Padahal market capital saham HRTA di angka 930 milyar. Harusnya rata-rata jual beli saham setiap harinya lebih dari itu. Harusnya tidak sesedikit itu.
Tanda berikutnya adalah, saham HRTA bisa anteng sekali. Tidak berubah, padahal keadaan pasar modal di tahun 2022 sangat fluktuatif. IHSG jeblog 1.5 persen, saham HRTA hanya turun dari 204 menjadi 202. IHSG naik 1.5%, harga sahamnya hanya sampai 206 dari 202.
Berikutnya adalah dari broker summary. Selama tiga bulan, beberapa broker akumulasi lumayan besar. Rentang harganya adalah di 202-205. Semua ingin memiliki saham ini.
XC | 4.2 B |
YP | 3 B |
PD | 2.5 B |
BQ | 1.3 B |
Inilah studi kasus tentang bagaimana cara bandar saham mengusir ritel. Kalau ada pertanyaan apa sikap ritel. Ya ikuti gaya Anda masing-masing. Kalau investasi, maka beli saja, kalau ingin trading, maka cabut saja.