Debt to equity rasio yang baik dari emiten merupakan salah satu pertimbangan yang paling sering digunakan sebelum melakukan investasi saham di sebuah perusahaan. Rasio ini juga bisa menggambarkan sehat tidaknya perusahaan tersebut.
Oleh sebab itu kami akan membahas mulai dari pengertian, rumusnya, bahkan sampai bagaimana menentukan debt to equity ratio yang baik. Kami sajikan berdasarkan pengalaman beberapa kali investasi di sebuah saham.
Table of Contents
Pengertian Debt to Equity Ratio
Debt to equity ratio sering disingkat dengan DER. Pengertiannya adalah hutang berbanding dengan ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Sedangkan ekuitas adalah semua asset perusahaan dikurangi kewajiban dan hutang.
Sederhananya bisa kita katakan sebagai harta bersih dari pemegang perusahaan. Sehingga DER juga berarti hutang dibandingkan dengan harta bersih yang dimiliki oleh perusahaan. Nantinya bisa diketahui bagaimana kekuatan perusahaan tersebut terhadap hutang yang dimiliki.
Rumus DER dan Cara Membacanya
Oleh sebab itu kalau ingin menentukan rasio hutang tersebut, maka rumusnya total hutang dibagi ekuitas. Di situlah terlihat rasio DER. Biasanya ditampilkan dengan angka 0.1, 1, 1.5 dan seterusnya.
Saat ini hampir semua aplikasi sudah menampilkan rasio-rasio penting dalam saham. Anda tinggal melihat saja. Seperti miliki ajaib yang bisa didownload di sini.
Cara membacanya adalah semakin kecil angkanya menandakan debt to equity ratio yang baik. Misalkan DER perusahaan A adalah 0.8, sedangkan DER perusahaan B adalah 1.2. Artinya secara rasio DER lebih bagus perusahaan A dibanding perusahaan B.
Pentingnya DER Sebelum Investasi
Baru-baru ini mencuat berita tentang Evergrande Group, raksasa properti asal China yang menyedot perhatian karena hutangnya menggunung. Perusahaan ini diambang kebrangkrutan dan akan menyita sangat banyak dampak kepada ekonomi di China. Terutama karena ada 200.000 pegawai di sana.
Nah hutang memang pisau bermata dua. Satunya bisa membantu perusahaan dalam ekspansi, karena adanya tambahan dana. Oleh sebab itu banyak perusahaan yang berkembang pesat, meski sebenarnya modal intinya tidak begitu besar.
Tapi kalau gelap mata, justru yang terjadi adalah sebaliknya. Evergrande sangat ekspansif, tapi berbasis hutang. Bunga dari hutang yang cukup besar justru menyebabkan beban perusahaan juga sangat berat. Bahkan mengutip detik.com, Evergrande sampai berhutang ke karyawannya. Sudah pasti kalau dilihat laporan keuangannya tidak menunjukkan debt to equity ratio yang baik.
Debt to Equity Ratio Yang Baik
Nah bagi Anda seorang investor, akan muncul satu pertanyaan, berapa debt to equity rasio yang baik? Yang kami paparkan adalah pengalaman kami dalam menentukan objek investasi di pasar modal dengan menimbang DER. Atau bagaimana cara kami mempertimbangkan DER sebelum membeli saham.
Pertama, kalau perusahaan memiliki DER yang sangat kecil, misalkan hanya 0.01, menurut kami juga dipertanyakan. Karena artinya dia tidak memanfaatkan dana pihak luar untuk ekspansi. Biasanya paling kecil rata-rata 0.1.
Kedua, kalau sudah di atas 2, menurut kami ini bukan debt to equity ratio yang baik. Kami sendiri akan menghindari saham dengan DER sudah di atas itu. Entah sentimen yang positif sebesar apa, kami tetap tidak tertarik.
sahamhijau.com
Ketiga, jika angkanya berada di 1.5-2, maka masih bisa dijadikan pertimbangan. Meskipun pada tahap ini kami sudah mulai hati-hati benarkah langkah yang dilakukan oleh perusahaan. Jangan-jangan hutang untuk membayar hutang.
Nah, perlu diketahui, jika hutang semakin banyak, maka kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba bersih akan terhambat, karena harus menanggung bunga pinjaman yang begitu besar. Sekali menyusut pendapatan, bisa berbalik rugi.
Keempat, jika angkanya 1-1.5, ini standard di bursa. Ini tergolong debt to equity ratio yang baik dan bisa menjadi objek investasi. Namun jika keadaan global sedang krisis, maka Anda patut waspada, apalagi Cash nya kecil.
Kelima, ini favorit kami, yaitu memiliki angka di bawah satu. Menurut kami ini adalah debt to equity ratio yang baik. Kami sering memilih perusahaan dengan posisi rasio hutang di bawah satu. Karena cukup aman untuk jangka panjang.
Apalagi di era yang berat semacam pandemi. Maka nilai hutang yang kecil akan mempermudah perjalanan perusahaan tersebut melewati masa sulit. Biasanya masa krisis akan dihadapi dengan kerugian, sehingga banyak yang berhutang. Kalau sudah memiliki hutang besar, yang ada adalah ambang kebangkrutan seperti Evergrande.
Kita bisa ambil pelajaran juga dari BUMI, emiten legendaris ini memiliki riwayat yang gemilang, tapi kemudian terseok-seok hingga sekarang karena hutangnya. Dari data IPOT akhir tahun 2020 DER di angka 24.85. Ekuitasnya hanya 1.9 T, tapi liabilitasnya mencapai 46.5 T. Sampai sekarang meski harga batu bara sangat bagus, kinerjanya menurut kami biasa.
Namun demikian jika Anda tipe yang tidak mempetimbangkan fundamental, maka debt to equity ratio yang baik ini tidak begitu berarti. Karena lebih kepada transaksi jangka pendek. Sehingga yang utama bagi mereka adalah teknikal.
Fundamental sangat penting bagi mereka yang memilih metode investasi position trader atau investor dengan durasi waktu bulanan atau tahunan.