Prospek industri kertas di Indonesia menjadi pertanyaan besar bagi para investor di pasar modal. Terutama karena dalam dua tahun terakhir, 2019-2020, harga sahamnya tidak stabil, lebih banyak turun cukup dalam.
Oleh sebab itu menjadi pertanyaan besar ke depan, bagaimana prospek industri kertas di tahun 2021-2022 atau seterusnya. Terutama setelah adanya masa pandemi covid-19 ini. Kami akan urai dengan Analisa sederhana.
Table of Contents
Industri Kertas di Indonesia
Dalam industri kertas, biasanya dikenal dua elemen utama, yaitu bubur kertas sebagai bahan baku pembuatan kertas. Juga kertas itu sendiri sebagai dasar untuk mencetak. Keduanya masuk dalam produk pabrik kertas.
Indonesia dikenal sebagai salah satu produsen besar pulp dan kertas di dunia. Hal ini karena Indonesia memiliki bahan baku yang melimpah, yaitu kayu. Berapa jumlah hutan di Indonesia? Cukup banyak. Sehingga menjadi satu keuntungan tersendiri bagi pabrik-pabrik kertas di Indonesia.
Di pasar global, mengutip bisnis.com, Indonesia menduduki peringkat kesepuluh produsen pulp, sedangkan untuk kertas menduduki peringkat enam. Jadi tergolong pemain besar di dunia. Salah satu yang menjadi rujukan untuk impor bagi banyak negara.
Selain memenuhi kebutuhan dalam negeri yang memang tinggi, pulp dan ketas dari Indonesia menyerbu negara-negara besar seperti China, Korsel, Jepang, dan India. Meskipun demikian, semua ini bukannya tanpa penghalang. Ada beberapa kendala yang patut diperhitungkan.
Kendala Industri Kertas Indonesia
Indonesia dikenal menghasilkan produk kertas dengan harga bersaing, sehingga sehingga seringkali dituding adanya praktek dumping. Atau subsidi dari pemerintah agar harga murah. Terutama untuk ekspor.
Biasanya tuduhan ini dilakukan karena menganggap harganya terlalu murah dibanding dengan harga pasar dunia, sehingga diduga ada permainan penurunan harga. Padahal memang bahan baku di Indonesia melimpah.
Prospek Industri Kertas di Indonesia
Kami sendiri menjadi salah satu konsumen kertas dalam aspek cetak mencetak. Anehnya adalah harga kertas naik terus, padahal sedang musim pandemi di mana banyak sektor bisnis hancur lebur. Ini menjadi pertanyaan besar bagi kami.
Kamipun bingung, kenapa harga kertas naik. Pastinya ada permintaan tinggi. Tapi di mana. Semakin lama kami sadar bahwa permintaan kertas memang tinggi tapi dalam bentuk lain. Bukan untuk cetak mencetak buku atau koran yang sudah menuju paperless. Tapi produk lian.
Tapi untuk kebutuhan bahan kemasan. Yaitu kemasan makanan. Saat covid dari negara api menyerang dunia, maka orang tidak lagi datang ke tempat makan. Atau ke tempat belanja. Hal ini terjadi di semua negara.
Imbasnya adalah pesan antar semakin meninggi. Di sinilah titik momentum prospek industri kertas di dunia. Kebutuhan untuk mengemas makanan semakin cantik menjadi lebih besar, baik makanan kecil, hingga kemasan besar.
SahamHijau.com
Ditambah lagi rata-rata sekarang menghindari yang namanya kresek, plastik. Entah karena tidak bisa terurai, merusak ekosistem sampah, hingga memang menjadi program dunia untuk menghindari penggunaan plastik. Akhirnya kertas menjadi bahan subtitusi.
Inilah mengapa kebutuhan kertas dunia menjadi tinggi. Meskipun zaman sudah digital, koran-koran sudah gulung tikar, tapi ternyata kertas masih mendapatkan tempat dan justru mendapatkan momentumnya. Ini adalah perubahan pola hilir prospek industri kertas dunia.
Jika ditanya sampai kapan akan terjadi demikian, menurut kami ke depan bentuknya akan terus demikian. Pandemi justru membentuk pola dunia baru, di mana pemesanan bisa diantar dengan begitu mudah. Kemudian orang tidak perlu bepergian untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan.
Saham Pabrik Kertas di BEI
Prospek industri kertas yang demikian tentu saja akan berimbas pada saham pabrik kertas di IHSG ke depan, terutama di tahun 2021-2022. Memang tidak sedikit kode saham berkaitan dengan produsen pulp dan kertas, tapi paling dominan ada dua.
Terutama grup sinarmas yaitu PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk (INKP) dan PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia (TKIM). Meskipun demikian katalis positif ini belum berimbas pada duo sinarmas ini. Terbukti di kuartal pertama 2021 justru anjlok.
Mengutip dari CNBCIndonesia, INKP mengalami penurunan laba hingga 22%, cukup lumayan penurunannya. Sedangkan TKIM mengalami penurunan yang cukup tipis. Jadi belum ada dampak langsung.
Di luar itu ada saham ALDO yaitu Alkindo Naratama, yang memiliki bisnis di kertas dan kimia. Emiten ini sudah keciptratan katalis positif. Dari bisnis.com, kuartal pertama 2021 sudah naik 9.4% dibanding dengan kuartal I 2020, padahal 2021 cukup berat karena puncaknya covid.
Masih ada beberapa saham lain di sektor industri kertas yang bisa Anda perhatikan dan periksa fundamentalnya satu persatu.
FASW | Fajar Surya Wisesa Tbk |
DAJK | Dwi Aneka Jaya Kemasindo Tbk |
INRU | Toba Pulp Lestari Tbk |
KDSI | Kedawung Setia Industrial Tbk |
KBRI | Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk |
SPMA | Suparma Tbk |
Bagi Anda yang gemar investasi dalam jangka waktu menengah atau jangka panjang, sektor pulp dan kertas bisa menjadi perhatian. Terutama karena katalis positif yang sudah kami sajikan di atas terkait prospek industri kertas.
Apalagi harga sekarang masih cukup bagus. Prospek industri kertas dunia sedang cerah. Potensi gain dengan katalis demikian sampai 40% hingga akhir 2021-2022. Prospek lain yang akan meningkat adalah bank digital. Bisa dibaca di sini.