Saham dibeli turun dijual naik. Pasti Anda merasakan hal ini. Ketika ada euforia saham sedang naik, Anda langsung ikut membeli, eh setelah membeli ternyata harganya turun. Sakit sekali, apalagi kalau turunnya sadis.
Di sisi lain Anda akan memutuskan jual. Eh, setelah dijual ternyata sahamnya naik. Kenapa ini bisa terjadi? Inilah yang akan kami jelaskan berdasarkan pengalaman beberapa tahun terjun di pasar modal. Semoga bermanfaat.
Table of Contents
Saham Dibeli Turun
Rata-rata orang yang membeli saham di bursa tidak memiliki metode sendiri. Atau seringkali masih merujuk kepada analisa orang lain. Mungkin orang lain itu benar, tapi cara Anda mengikutinya salah.
Saat dia beli di harga 300, dia sampaikan ke Anda untuk diikuti, Anda beli di 320, ternyata dia sudah TP di harga 325, tapi Anda justru masih memegang, harganya berbalik turun, justru ke 295. Efeknya Anda yang rugi.
Kedua mengapa saham dibeli turun dijual naik, karena Anda membeli ketika saham tersebut sudah naik. Biasanya euforia melihat satu saham sudah naik, kemudian disebut perjalanan masih jauh nih. Masuk ah.
Contoh membeli saham KBAG yang dahsyat naik turunnya. Anda melihat hari ini naik, sampai 10%, dari 50 menjadi 55. Besok waktunya masuk. Karena pasti naik lagi. Karena dianggap potensi masih ke 100.
Benar besoknya naik lagi 5%, Anda masuk di harga 56, tapi itu baru sesi pertama, ternyata sesi kedua longsor. Hal seperti ini banyak terjadi. Anda bengong. Menyalahkan diri sendiri, atau bahkan mengkampret-kampretkan saham KBAG.
Padahal saham ya seperti itu. Berani di saham gorengan harus terima risiko naik turun tajam. Kalau tidak menerima risiko pasti mengalami keadaan saham dibeli turun dijual naik.
sahamhijau.com
Proses Penyesuaian Harga Saham
Tapi yang harus dipahami, sebenarnya Anda tidak salah, karena titik terendah saham itu di harga 50. Cuma biasanya Anda sangat takut saham tersebut berlanjut turun dan nyangkut di gocap sehingga tidak bisa bergerak.
Yang perlu Anda ketahui, itu adalah proses penyesuaian harga. Logikanya seperti ini. Yang beli di harga 50 mulai ada yang melepas ketika sudah untung 12-15%. Mereka semua ambil untung. Maka pada akhirnya harga tidak kuat naik. Sehingga berbalik turun.
Nah yang perlu diperhatikan, pasti ada yang nahan harganya, entah di harga 52, 53, atau bahkan 51. Karena bisa jadi prospeknya cerah. Di sinilah analisa bandarmologi bermain. Apakah ada yang menahan atau tidak. Sehingga ketika terjadi demikian, Anda tidak serta merta langsung cut loss.
Anda pegang di harga 56, maka butuh waktu lagi untuk penyesuaian harga dan naik. Ingat yang membeli di harga 50, mereka juga punya waktu tunggu untuk take profit di harga 57 atau 58. Jadi tidak bisa beli langsung naik. Bandar saja sabarnya bukan main akumulasi, kok Anda ejakulasi dini.
Maka ketika Anda beli harga turun. Memang seharusnya Anda membeli di harga 50, tapi kan biasanya sangat takut uangnya tidak bergerak. Bandar biasanya di harga 50, harga nego, atau di 51 dan 52. Terus di tahan agar sahamnya tidak naik. Inilah mengapa saham dibeli turun dijual naik.
Jika sahamnya di lapis dua, maka pergerakannya lebih halus, naik turunnya sekitar 2-4 persen. Lebih nyaman daripada saham di lapis tiga. Yang pasti Anda harus siap secara mental. Semakin berkolesterol, semakin mengerikan.
Pengalaman Saham Dibeli Turun
Apakah kami mengalami hal demikian? Sangat sering. Kami kalau beli saham, pasti mengalami masa saham dibeli turun. Tapi kami punya perhitungan, kemungkinan paling besar turun dua puluh persen. Karena menurut kami, ketika dibeli harganya tidaklah terlalu tinggi. Kami tetap pegang saham itu.
Yang kami lakukan adalah average down. Maka pembelian pertama dana yang kami keluarkan tidaklah besar. Misal rencana beli kami 15 juta, kami pakai dana 5 juta terlebih dahulu. Cicil pelan-pelan saja. Turun sedikit beli lagi. Hingga dana 15 juta tersebut selesai. Teknik average down bisa dibaca di sini.
Sehingga bisa jadi saham yang awalnya kita beli di 200, pada akhirnya kita dapat di 185. Mungkin harga sahamnya turun lagi di 175, tidak apa-apa. Tunggu saja, nantinya naik. Kita hanya berusaha mendapatkan harga rendah.
Sedangkan mendapatkan harga paling rendah atau harga dasar sangatlah sulit. Bandar saja belum tahu dasar lembah saham. Kadang mereka perang antar bandar untuk dapat harga sebawah-bawahnya. Mereka hanya menunggu keadaan jenuh jual saja.
Selepasnya kita tinggal menunggu berbalik naik. Oleh sebab itu saham yang kami dapatkan biasanya kami pegang bulanan, sampai lebih dari setahun. Kami sudah cukup mendapatkan 25% setahun, sudah puas. Meskipun kenyataannya bisa lebih. Bisa lihat riwayat kami di 2021 di link ini.
Saham Dibeli Turun Dijual Naik
Keadaan selanjutnya tentang saham dibeli turun dijual naik adalah ketika sudah kita pegang satu saham, sudah membeli saham tersebut, pasti ada kepercayaan naik lagi. Tapi masalahnya waktu tunggu.
Kalau waktu berbalik naik sangat lama, misalkan dua bulan, kok tidak naik-naik, ada perasaan bosan. Apalagi lihat saham tetangga sudah naik beterbangan. Saham tetangga lebih hijau coy.
Anda pasti iri. Yang dilakukan adalah jual. Tapi ternyata tidak lama setelah jual, mungkin seminggu, tahu-tahu harganya naik. Nah ini masalah kedua, saham dibeli turun dijual naik. Padahal keadaan ini wajar.
Dalam dua bulan tersebut semua sedang akumulasi, entah bandar entah ritel. Saat itu mulai tidak banyak yang membeli, artinya jenuh jual. Maka yang terjadi sebaliknya, yaitu membeli. Terus diakumulasi. Semua menunggu ketika orang yang menjual sudah semakin sedikit. Apa yang terjadi berikutnya, tentu naik.
Di sini analisa broker sangatlah penting. Siapa yang akumulasi besar. Berapa harga rata-rata setiap broker memegang saham tersebut. Kami sudah menulis lengkap di sini. Anda baca cara analisa broker summary di link tersebut.
Di sinilah ilmu sabar yang harus diterapkan. Tunggu saja. Tutup laptop. Tunggu sahamnya naik pelan-pelan. Tumbuh sedikit demi sedikit. Jangan langsung Anda jual kalau sudah mencapai di harga ketika Anda beli. Justru ketika itu saham waktunya naik. Trend bullish. Pegang terus sesuai target yang Anda miliki.
Maka benar kata Warren Buffet, sebenarnya saham hanyalah perpindahan uang dari orang yang tidak sabar, ke orang-orang yang bersabar. Kalau tidak sabar pasti mengalami keadaan saham dibeli turun dijual naik.
Tapi apa yang kami jelaskan tidak akan berfungsi kalau Anda membeli saham gorengan, dan harganya sudah berada di puncak. Semoga kejadian saham dibeli turun dijual naik bisa Anda nikmati sebagai proses mendapatkan pembelajaran dan keuntungan yang cukup besar. Salam saham hijau.